oleh : Ramdani Miftah, S.Pd
(Mahasiswa Pascasarjana UPI)
A.
Latar
Belakang
Perkembangan ilmu pengetahuan,
teknologi dan sains
(IPTEKS) semakin hari semakin
pesat, terutama dalam bidang telekomunikasi dan informasi. Sebagai akibat dari
perkembangan teknologi komunikasi
dan informasi tersebut,
arus informasi datang dari
berbagai penjuru dunia
secara cepat dan
melimpah ruah. Untuk dapat tampil
unggul dalam keadaan yang selalu berubah dan kompetitif ini diperlukan adanya
sumber daya manusia
yang berkualitas. Kualitas sumber
daya manusia itu sendiri salah satunya bergantung pada kualitas
pendidikannya.
Pendidikan matematika yang diberikan di sekolah
memberikan sumbangan penting bagi siswa dalam pengembangan kemampuan yang
sejalan dengan tujuan pendidikan. Menurut Depdiknas Jakarta (2003:7.31)
disebutkan bahwa kecakapan atau kemahiran matematika yang diharapkan dapat
tercapai dalam belajar matematika mulai dari SD dan MI sampai SMA dan MA adalah
sebagai berikut:
1.
Menunjukkan pemahaman konsep matematika yang dipelajari, menjelaskan
keterkaitan antar konsep dan mengaplikasikan konsep atau algoritma secara
luwes, akurat, efisien, dan tepat dalam pemecahan masalah.
2.
Memiliki kemampuan mengkomunikasikan gagasan dengan simbol, tabel, grafik
atau diagram untuk memperjelas keadaan atau masalah.
3.
Mengunakan penalaran pada pola, sifat atau melakukan manipulasi matematika
dalam membuat generalisasi, menyusun bukti, atau menjelaskan gagasan dan
pernyataan matematika.
4.
Menunjukkan kemampuan strategik dalam membuat (merumuskan), dan
meyelesaikan model matematika dalam pemecahan masalah.
5.
Memiliki sikap menghargai kegunaan matematika dalam kehidupan.
Dengan
memperhatikan tujuan pembelajaran matematika tersebut, maka pembelajaran
matematika difokuskan pada kecakapan sebagai berikut (dalam Syaban, 2008):
1. Kemampuan
menggunakan konsep dan keterampilan matematis untuk memecahkan masalah (problem solving).
2. Menyampaikan
ide/gagasan (communication).
3. Memberikan
alasan induktif maupun deduktif untuk membuat, mempertahankan, dan mengevaluasi
argumen (reasoning).
4.
Menggunakan pendekatan,
keterampilan, alat, dan konsep untuk mendeskripsikan dan menganalisis data (representation).
5.
Membuat pengaitan antar ide
matematik, membuat model, dan mengevaluasi struktur matematika (conection).
Namun, kualitas pendidikan
di Indonesia khususnya
dalam bidang matematika tampaknya
belum terlalu menggembirakan. Fakta
yang berasal dari temuan
penelitian dan hasil
survei yang dilakukan
oleh Trends in
International Mathematics
and Science Study
(TIMSS) tahun 1999
untuk tingkat kelas
IV SD dan kelas VIII SMP,
Indonesia berada di urutan ke 34 dari 38 negara. Kompetensi yang diujikan
pada TIMSS 1999
adalah knowing (pengetahuan), using
routine procedures (penggunaan
prosedur rutin), investigation and
problem solving (investigasi dan
pemecahan masalah), mathematical reasoning
(penalaran matematika) dan communicating (komunikasi).
Selanjutnya survei TIMSS pada tahun
2007 untuk siswa
sekolah menengah, Indonesia
berada pada posisi
ke 36 dari 48 negara (TIMSS,
2008).
Selain
itu dari survei tiga tahunan Programme for
International Student
Assessment (PISA) tahun
2006, Indonesia berada
di urutan ke
52 dari 57
negara dalam hal matematika.
Hal yang dinilai
dalam PISA adalah
kemampuan siswa dalam hal
memecahkan suatu masalah
(problem solving), memformulasi penalarannya (reasoning), dan
mengomunikasikan gagasan-gagasan yang dimilikinya kepada orang lain (communication)
(Istianah, 2009: 2).
Dilihat dari
fakta-fakta yang telah
dipaparkan tersebut, ada
beberapa faktor kemampuan siswa
yang dinilai oleh
TIMSS maupun PISA,
yaitu kemampuan pemecahan masalah,
penalaran dan komunikasi
matematis. Hal ini
menunjukkan bahwa siswa Indonesia
memiliki prestasi yang
belum menggembirakan dalam ketiga kemampuan tersebut.
Berlandaskan pada
penjelasan di atas,
model pembelajaran yang
dapat diterapkan adalah pembelajaran matematika
berbasis komputer. Komputer dipandang sebagai
media bantu pembelajaran
yang mampu menjawab
tantangan ini, karena komputer dapat menyajikan tampilan grafis dan
gagasan secara visual dari ide-ide matematika
pada siswa dengan
baik. Komputer sebagai
salah satu produk teknologi
dipandang mampu menjawab
tantangan pengembangan
pembelajaran yang efektif,
efesien, dan menarik
(Misnadi dan Kusumah,
2005: 31).
Pembelajaran
dengan komputer yang menyajikan tampilan menarik dan dapat dimanipulatif dapat
menciptakan pembelajaran yang
menarik sehingga siswa termotivasi untuk belajar
sungguh-sungguh dan siswa dapat merekam dengan baik apa yang
mereka pelajari. Selain
itu Aplikasi komputer
dalam bidang pembelajaran memungkinkan
berlangsungnya proses belajar
secara individual (individual learning). Pemakai
komputer atau user
dapat melakukan interaksi langsung dengan sumber informasi.
Berbagai bentuk interaksi pembelajaran dapat berlangsung dengan tersedianya
medium komputer.
Sejalan
dengan ini, NCTM (Tomei dalam Misnadi dan Kusumah, 2005: 30) menyatakan bahwa:
Technologi is
essential in teaching
and learning mathematics.
It influences how mathematics
should be taught
and enhances what
student learn. Calculator and
komputer present visual
images of mathematical ideas for
students. They help
students organize information,
support investigations, and develop
decision-making, reflection, reasoning,
and problem solving skill”.
Ini menegaskan
bahwa penggunaan komputer
dalam pembelajaran merupakan
suatu hal yang penting untuk mendukung pembelajaran matematika di era globalisasi
ini, sehingga hasilnya akan
mempengaruhi hasil belajar
siswa.
B.
Kajian
Pustaka
1.
Pembelajaran
Matematika Berbasis Komputer
Komputer merupakan
salah satu hasil
dari perkembangan teknologi
yang dimulai dikenal sejak
abad 20, tepatnya
pada tahun 1946
di Amerika. Pada awalnya
komputer diciptakan dengan
tujuan untuk menciptakan
mesin perhitungan yang otomatis (Sharp, 1996 dalam Andi). Humby (Andi:
2008) dalam bukunya yang berjudul “Computers” mendefinisikan komputer
sebagai:
“an electronic
machine that prosesses
data under the
control of stored programs“.
yang berarti
bahwa komputer merupakan
alat elektronik yang
dapat mengolah data dengan
perantaraan program dan
dapat memberikan/menampilkan hasil pengolahannya. Sedangkan
dalam buku yang
berjudul “Computer Annual”, komputer adalah
suatu alat elektronik
yang mampu melakukan
beberapa tugas, yaitu menerima
(masukan), memproses input tersebut sesuai dengan programnya, menyimpan
perintah-perintah dan hasil pengolahannya, serta menyediakan output (keluaran)
dalam bentuk informasi (Sanusi, 1997, dalam Andi).
Seiring dengan
perkembangan ilmu pengetahuan
dan teknologi, perkembangan
komputer pun sangat pesat. Begitu pesatnya perkembangan produk teknologi ini,
sehingga sekarang telah
diperoleh komputer dengan
kemampuan semakin tinggi dan
canggih. Oleh karena
itu tidak mengherankan
jika komputer sudah menjadi
kebutuhan masyarakat dalam
berbagai aktivitas kehidupan manusia, salah satunya dalam bidang
pendidikan.
Selama
ini komputer sudah banyak dimanfaatkan dalam bidang pendidikan. Telah banyak
sekolah yang memanfaatkan
komputer, namun baru
digunakan sebagai alat bantu dalam menyelesaikan urusan administrasi
atau mengfungsikan komputer sebagai mesin tik. Komputer belum banyak
dimanfaatkan dalam proses pembelajaran,
padahal banyak hal
yang dapat dilakukan
guru dengan komputer dalam pembelajaran
matematika. Komputer memiliki
potensi yang besar
untuk meningkatkan kualitas pembelajaran, khususnya dalam pembelajaran
matematika. Banyak hal abstrak
atau imajinatif yang
sulit dipikirkan siswa
dapat dipresentasikan melalui simulasi
komputer. Hal ini
tentu saja akan
lebih memudahkan jalan pikir
siswa dalam memahami
matematika. Dengan demikian proses pembelajaran
matematika dapat dilakukan
guru dengan memberdayakan komputer. Latihan
dan percobaan-percobaan eksplorasi
matematis dapat dilakukan siswa
dengan komputer. Selain
itu program-program sederhana
yang dapat dipelajari siswa dapat digunakan dalam penanaman dan
penguatan konsep, membuat pemodelan
matematika dan menyusun
strategi dalam memecahkan masalah (Andi, 2008).
Menurut Piccioano
(Andi: 2008) dalam
bidang instruksional pendidikan fungsi komputer dibagi menjadi
tiga bagian, yaitu:
1.
Komputer sebagai alat (tool
application),
2.
Komputer sebagai tutee (tutee
application),
3.
Komputer sebagai tutor (tutor
application),
Komputer sebagai tool berorientasi pada penggunaan komputer
sebagai alat, yaitu alat yang sudah diprogram untuk melaksanakan suatu
pekerjaan atau tugas- tugas tertentu
yang bermanfaat bagi kegiatan di sekolah, seperti pengolahan data
administrasi, komputer sebagai bagian dari instrumen laboratorium,
yang berperan
sebagai pencatat.
Sedangkan komputer sebagai
tutee berorientasi pada
perlakuan komputer sebagai objek
belajar oleh siswa,
misalnya pada kegiatan
belajar pemrograman,
komputer diprogram oleh
siswa untuk menampilkan
pekerjaan tertentu. Sesuai dengan
yang diinginkannya, siswa
berada pada posisi
sebagai pengendali dan pengarah
kerja komputer. Dari
kegiatan ini diasumsikan
bahwa siswa akan memiliki rasa tanggung jawab yang besar
terhadap kegiatan belajar mandiri.
Komputer sebagai tutor berorientasi pada upaya membangun
perilaku siswa melalui penggunaan komputer.
Secara sederhana pola
pengoperasiannya sebagai
berikut: komputer menyajikan
materi, siswa memberikan
respon, respon siswa dievaluasi oleh
komputer dengan berorientasi
pada siswa dalam
menempuh presentasi berikutnya, melanjutkan
atau kembali pada
bagian sebelumnya. Peranan komputer
sebagai tutor juga
dapat diturunkan menjadi
suatu software pembelajaran. Pembelajaran dengan
menggunakan komputer memberikan
tantangan tersendiri bagi siswa
untuk bereksplorasi dan
menemukan sendiri konsep-konsep matematika yang terkandung
dalam program yang diberikan. Hal itu akan memicu pendayagunaan kemampuan siswa
secara total. Diharapkan dengan pembelajaran seperti ini, kompetensi matematika
siswa diharapkan akan bisa ditingkatkan.
Namun demikian beberapa ahli memberikan pandangan bahwa penggunaan
komputer dalam pembelajaran
masih memerlukan pertimbangan
dalam banyak hal menyangkut
kelebihan serta efek
samping yang ditimbulkannya. Collier (Andi: 2008)
mengungkapkan beberapa review berkaitan
dengan pembelajaran yang dilakukan
dengan komputer lebih
baik dibandingkan dengan
tanpa menggunakan komputer. Komputer
dapat digunakan untuk
menampilkan teks, permainan,
tutorial, latihan dan latihan eksperimen dalam laboratorium. Komputer dapat memerankan
peranan penting dalam
kelas tetapi bukan
sebagai aktivitas utama pengganti
dari aktivitas yang
lain, melainkan hanya
media tambahan saja.
Sehingga perlu ditekankan
bahwa pengajaran langsung
dari guru itu
juga merupakan hal yang penting dalam kelas, serta pentingnya penggunaan
buku teks bagi siswa dan praktek
langsung dengan eksperimen nyata secara bersama-sama dengan menggunakan
komputer. Untuk itu, Azhar
(Andi, 2008) mengungkapkan
beberapa keunggulan dan keterbatasan komputer yang digunakan
dalam tujuan pendidikan sebagai berikut:
a. Keunggulan
1. Komputer dapat mengakomodasi
siswa yang lamban
menerima pelajaran, karena ia
dapat memberikan iklim yang lebih bersifat efektif dengan cara lebih
individual, tidak pernah
lupa, tidak pernah
bosan, dan sangat
sabar dalam menjalankan instruksi
seperti yang diinginkan program yang digunakan.
2. Komputer dapat merangsang
siswa untuk mengerjakan
latihan, melakukan kegiatan
laboratorium atau simulasi karena tersedianya
animasi grafik, warna dan musik yang dapat menambah realisme.
3. Kendali berada di tangan siswa sehingga tingkat kecepatan belajar
siswa dapat disesuaikan dengan tingkat penguasaannya. Dengan kata lain,
komputer dapat berinteraksi dengan siswa
secara perorangan misalnya
bertanya dan menilai jawaban.
4. Kemampuan merekam aktivitas
siswa selama menggunakan
suatu program pembelajaran memberi
kesempatan lebih baik
untuk pembelajaran secara perorangan dan perkembangan setiap
siswa selalu dapat dipantau.
5. Dapat berhubungan dengan dan mengendalikan peralatan lain seperti compact
disc, video tape,
dan lain-lain dengan
program pengendali dari
komputer-komputer.
b. Keterbatasan
1. Meskipun harga perangkat
keras komputer cenderung
semakin menurun (murah),
pengembangan perangkat lunaknya masih relatif mahal.
2. Untuk menggunakan komputer
diperlukan pengetahuan dan
keterampilan khusus tentang komputer.
3. Keragaman model komputer
(perangkat keras) sering
menyebabkan program (software) yang
tersedia untuk satu
model tidak cocok
(kompatibel) dengan model
lainnya.
4. Program yang tersedia
saat ini belum
memperhitungkan kreativitas siswa,sehingga hal
tersebut tentu tidak
akan dapat mengembangkan
kreativitas siswa.
5. Komputer hanya efektif
bila digunakan oleh
satu orang atau
beberapa orang dalam kelompok
kecil. Untuk kelompok
yang lebih besar
diperlukan tambahan
peralatan lain yang
mampu memproyeksikan pesan-pesan
di monitor ke layar yang lebih lebar.
2.
Kemampuan Matematis
NCTM (2000) yang mengatakan bahwa dalam pelaksanaan
pembelajaran matematika disekolah, guru harus memperhatikan lima aspek
pengajaran matematika yaitu sebagai berikut :
a.
Pemahaman Matematika (mathematical
understanding)
Pemahaman
terhadap konsep merupakan bagian yang sangat penting dalam proses belajar dan
memecahkan masalah, baik di dalam proses belajar itu sendiri maupun di dalam
kehidupan nyata. Kemampuan memahami konsep menjadi landasan untuk berfikir
dalam menyelesaikan persoalan.
Secara umum
indikator pemahaman matematika meliputi; mengenal,memahami dan menerapkan
konsep, prosedur, prinsip dan idea matematika. Polya (Pollatsek et al, 1981)
merinci kemampuan pemahaman pada empat tahap yaitu:
1) Pemahaman mekanikal yang dicirikan oleh mengingat dan menerapkan
rumus secara rutin dan menghitung secara sederhana.
2) Pemahaman induktif: menerapkan rumus atau konsep dalam kasus
sederhana atau dalam kasus serupa.
3) Pemahaman rasional: membuktikan kebenaran suatu rumus dan teorema.
4) Pemahaman intuitif: memperikirakan kebenaran dengan pasti (tanpa
ragu-ragu) sebelum menganalisis lebih lanjut.
Berbeda dengan Polya, Pollatsek (1981) menggolongkan pemahaman
dalam dua jenis yaitu:
1) Pemahaman komputasional: menerapkan rumus dalam perhitungan
sederhana, dan mengerjakan perhitungan secara algoritmik.
2) Pemahaman fungsional: mengkaitkan satu konsep/prinsip dengan konsep/prinsip lainnya, dan menyadari
proses yang dikerjakannya.
Serupa dengan Pollatsek, Skemp (Pollatsek et al, 1981)
menggolongkan pemahaman dalam dua tahap
yaitu:
1) Pemahaman instrumental: hafal konsep/prinsip tanpa kaitan dengan yang lainnya, dapat
menerapkan rumus dalam perhitungan sederhana, dan mengerjakan perhitingan
secara algoritmik.
2) Pemahaman relasional: mengkaitkan satu konsep/prinsip
dengan konsep/prinsip lainnya.
Mirip pendapat Pollatsek
dan Skemp, Copeland (1979) menggolongkan pemahaman dalam dua jenis
yaitu:
1) Knowing how to: mengerjakan suatu
perhitungan secara rutin/ algoritmik.
2) Knowing: mengerjakan suatu
perhitungan secara sadar.
b.
Pemecahan Masalah Matematik (mathematical
problem solving)
Pemecahan
masalah adalah proses yang menggunakan kekuatan dan manfaat matematika dalam
menyelesaikan masalah, yang juga merupakan metode penemuan solusi melalui
tahap-tahap pemecahan masalah.
Pemecahan
masalah matematik mempunyai dua makna yaitu:
1) Pemecahan masalah sebagai suatu pendekatan pembelajaran, yang
digunakan untuk menemukan kembali (reinvention) dan memahami materi,
konsep, dan prinsip matematika. Pembelajaran diawali dengan penyajian masalah
atau situasi yang kontekstual kemudian melalui induksi siswa menemukan
konsep/prinsip matematika.
2) Pemecahan masalah sebagai kegiatan yang meliputi:
·
Mengidentifikasi kecukupan
data untuk pemecahan masalah
·
Membuat model matematik dari
suatu situasi atau masalah sehari-hari dan menyelesaikannya.
·
Memilih dan menerapkan
strategi untuk menyelesaikan masalah matematika dan atau di luar matematika.
·
Menjelaskan atau
menginterpretasikan hasil sesuai permasalah asal, serta memeriksa kebenaran
hasil atau jawaban.
·
Menerapkan matematika secara
bermakna.
c.
Penalaran Matematik (mathematical
reasoning)
Secara garis besar penalaran dapat digolongkan dalam dua jenis
yaitu penalaran induktif dan penalaran deduktif. Penalaran induktif diartika
sebagai penarikan kesimpulan yang bersifat umum atau khusus berdasarkan data
yang teramati. Nilai kebenaran dalam penalaran induktif dapat bersifat benar atau salah. Beberapa
kegiatan yang tergolong pada penalaran induktif di antaranya adalah:
1) Transduktif: menarik kesimpulan dari satu kasus atau sifat khusus
yang satu diterapkan pada yang kasus khusus lainnya.
2) Analogi: penarikan kesimpulan berdasarkan keseruapaan data atau
proses.
3) Generalisasi: penarikan kesimpulan umum berdasarkan sejumlah data
yang teramati.
4) Memperkirakan jawaban, solusi atau kecenderungan: interpolasi dan ekstrapolasi.
5) Memberi penjelasan terhadap model, fakta, sifat, hubungan, atau
pola yang ada .
6) Menggunakan pola hubungan untuk menganalisis situasi, dan menyusun
konjektur.
Beberapa
kegiatan yang tergolong pada penalaran deduktif di antaranya adalah:
1) Melaksanakan perhitungan berdasarkan aturan atau rumus tertentu.
2) Menarik kesimpulan logis berdasarkan aturan inferensi, memeriksa
validitas argumen, membuktikan, dan menyusun argumen yang valid.
3) Menyusun pembukltian langsung, pembukltian tak langsung dan
pem-buktian dengan induksi matematika.
d.
Koneksi Matematik (mathematical connection)
Keterkaitan antar topic matematika di dalam matematika atau dalam
bidang lain merupakan konneksi matematik. Misalnya berbagai interpretasi dari
pecahan dapat mengilustrasikan koneksi terhadap pengukuran, rasio dan
gagasan-gagasan dalam aljabar.
Kegiatan yang tergolong pada koneksi matematik di antaranya
adalah:
1) Mencari hubungan berbagai representasi konsep dan prosedur.
2) Memahamai hubungan antar topik matematika.
3) Menerapkan matematika dalam bidang lain atau dalam kehidupan sehar-hari.
4) Memahami representasi ekuivalen suatu konsep.
5) Mencari hubungan satu prosedur dengan prosedur lain dalam
represntasi yang ekuivalen.
6) Menerapkan hubungan antar topik matematika dan antara topik
matematika dengan topik di luar matematika.
e.
Komunikasi Matematik (mathematical
communication).
Komunikasi dalam matematika atau komunikasi matematik merupakan
suatu aktivitas baik fisik maupun mental dalam mendengarkan, membaca, menulis,
berbicara, merefleksikan dan mendemontrasikan, serta menggunakan bahasa dan
symbol untuk mengkomunikasikan gagasan-gagasan matematika.
Kegiatan yang tergolong pada komunikasi matematik di antaranya adalah:
1) Menyatakan suati situasi, gambar, diagram, atau benda nyata ke
dalam bahasa, simbol, idea, atau model
matematik.
2) Menjelaskan idea, situasi, dan relasi matematika secara lisan atau
tulisan.
3) Mendengarkan, berdiskusi, dan menulis tentang matematika
4) Membaca dengan pemahaman suatu representasi matematika tertulis
5) Mengungkapkan kembali suatu uraian atau paragrap matematika dalam
bahasa sendiri.
Daftar
Pustaka
Istianah,I. (2009). Pengaruh
Penerapan Model Pembelajaran
ARCS (Attention, Relevance, Confidence,
Satisfaction) terhadap Peningkatan
kemampuan Komunikasi Matematis Siswa SMP. Skripsi FPMIPA UPI: Tidak
diterbitkan
Misnadi, A dan
Kusumah, Y. (2005).
Penerapan Pembelajaran Matematika Interktif Pola
CAI Tipe Simulasi
untuk Meningkatkan Kemampuan
Berfikir Kritis dan Kreatif
Siswa SMA. Prosiding
Seminar Nasional Matematika. Universitas Pendidikan indonesia.
NCTM. 2000, Curriculum and Evaluation Standard for School
Mathematics, United States of America:The National Council of Teacher of
Mathematics Inc.
NCES. (2007).
Highlights From TIMSS 2007.
[Online].Tersedia:http://nces.ed.gov/whatsnew/commissioner/remarks2008/pdf/TIMSS_12_9_2008.pdf.
[14 Januari, 2010].
Rusdi, A. (2008). Komputer dalam Pembelajaran Matematika.
[Online]. Tersedia: http://anrusmath blogger.htm. [26 Desember 2008]
Sri Anitah, (2007),
Strategi Pembelajaran Matematika, (Jakarta: Universitas Terbuka) h. 7.31
Syaban, Mumun, (2011), Menumbuhkembangkan
Daya Matematis Siswa, Tersedia [online]:
http://educare.e-fkipunla.net.
Sumarmo, U. 2010. Berfikir dan disposisi matematik: Apa, mengapa, dan bagaimana
dikembangkan Pada peserta didik. FMIPA UPI Bandung.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar