Sabtu, 14 Januari 2012

PEMBELAJARAN MATEMATIKA BERBASIS KOMPUTER DALAM PENINGKATAN KEMAMPUAN MATEMATIS SISWA


oleh : Ramdani Miftah, S.Pd
(Mahasiswa Pascasarjana UPI)

A.    Latar Belakang
Perkembangan  ilmu  pengetahuan,  teknologi  dan  sains  (IPTEKS)  semakin hari semakin pesat, terutama dalam bidang telekomunikasi dan informasi. Sebagai akibat  dari  perkembangan  teknologi  komunikasi  dan  informasi  tersebut,  arus informasi  datang  dari  berbagai  penjuru  dunia  secara  cepat  dan  melimpah  ruah. Untuk dapat tampil unggul dalam keadaan yang selalu berubah dan kompetitif ini diperlukan  adanya  sumber  daya  manusia  yang  berkualitas. Kualitas  sumber  daya manusia itu sendiri salah satunya bergantung pada kualitas pendidikannya. 
Pendidikan matematika yang diberikan di sekolah memberikan sumbangan penting bagi siswa dalam pengembangan kemampuan yang sejalan dengan tujuan pendidikan. Menurut Depdiknas Jakarta (2003:7.31) disebutkan bahwa kecakapan atau kemahiran matematika yang diharapkan dapat tercapai dalam belajar matematika mulai dari SD dan MI sampai SMA dan MA adalah sebagai berikut:
1.      Menunjukkan pemahaman konsep matematika yang dipelajari, menjelaskan keterkaitan antar konsep dan mengaplikasikan konsep atau algoritma secara luwes, akurat, efisien, dan tepat dalam pemecahan masalah.
2.      Memiliki kemampuan mengkomunikasikan gagasan dengan simbol, tabel, grafik atau diagram untuk memperjelas keadaan atau masalah.
3.      Mengunakan penalaran pada pola, sifat atau melakukan manipulasi matematika dalam membuat generalisasi, menyusun bukti, atau menjelaskan gagasan dan pernyataan matematika.
4.      Menunjukkan kemampuan strategik dalam membuat (merumuskan), dan meyelesaikan model matematika dalam pemecahan masalah.
5.      Memiliki sikap menghargai kegunaan matematika dalam kehidupan.
Dengan memperhatikan tujuan pembelajaran matematika tersebut, maka pembelajaran matematika difokuskan pada kecakapan sebagai berikut (dalam Syaban, 2008):
1.      Kemampuan menggunakan konsep dan keterampilan matematis untuk memecahkan masalah (problem solving).
2.      Menyampaikan ide/gagasan (communication).
3.      Memberikan alasan induktif maupun deduktif untuk membuat, mempertahankan, dan mengevaluasi argumen (reasoning).
4.      Menggunakan pendekatan, keterampilan, alat, dan konsep untuk mendeskripsikan dan menganalisis data (representation).
5.      Membuat pengaitan antar ide matematik, membuat model, dan mengevaluasi struktur matematika (conection).
Namun,  kualitas  pendidikan  di  Indonesia  khususnya  dalam  bidang matematika  tampaknya  belum  terlalu  menggembirakan.  Fakta  yang  berasal  dari temuan  penelitian  dan  hasil  survei  yang  dilakukan  oleh  Trends  in  International Mathematics  and  Science  Study  (TIMSS)  tahun  1999  untuk  tingkat  kelas  IV  SD dan kelas VIII SMP, Indonesia berada di urutan ke 34 dari 38 negara. Kompetensi yang  diujikan  pada  TIMSS  1999  adalah  knowing  (pengetahuan),  using  routine procedures (penggunaan  prosedur  rutin),  investigation  and  problem  solving (investigasi  dan  pemecahan  masalah), mathematical  reasoning  (penalaran matematika)  dan  communicating  (komunikasi).  Selanjutnya  survei  TIMSS  pada tahun  2007  untuk  siswa  sekolah  menengah,  Indonesia  berada  pada  posisi  ke  36 dari 48 negara (TIMSS, 2008).
Selain itu dari survei  tiga  tahunan Programme  for  International    Student Assessment  (PISA)  tahun  2006,  Indonesia  berada  di  urutan  ke  52  dari  57  negara dalam  hal  matematika.  Hal  yang  dinilai  dalam  PISA  adalah  kemampuan  siswa dalam  hal  memecahkan  suatu  masalah  (problem  solving),  memformulasi penalarannya  (reasoning),  dan  mengomunikasikan  gagasan-gagasan  yang dimilikinya kepada orang lain (communication) (Istianah, 2009: 2).
Dilihat  dari  fakta-fakta  yang  telah  dipaparkan  tersebut,  ada  beberapa  faktor kemampuan  siswa  yang  dinilai  oleh  TIMSS  maupun  PISA,  yaitu  kemampuan pemecahan  masalah,  penalaran  dan  komunikasi  matematis.  Hal  ini  menunjukkan bahwa  siswa  Indonesia  memiliki  prestasi  yang  belum  menggembirakan  dalam ketiga kemampuan tersebut.
Berlandaskan  pada  penjelasan  di  atas,  model  pembelajaran  yang  dapat diterapkan  adalah  pembelajaran  matematika  berbasis  komputer.  Komputer dipandang  sebagai  media  bantu  pembelajaran  yang  mampu  menjawab  tantangan ini, karena komputer dapat menyajikan tampilan grafis dan gagasan secara visual dari  ide-ide  matematika  pada  siswa  dengan  baik.  Komputer  sebagai  salah  satu produk  teknologi  dipandang  mampu  menjawab  tantangan  pengembangan pembelajaran  yang  efektif,  efesien,  dan  menarik  (Misnadi  dan  Kusumah,  2005: 31).
Pembelajaran dengan komputer yang menyajikan tampilan menarik dan dapat dimanipulatif  dapat  menciptakan  pembelajaran  yang  menarik  sehingga  siswa termotivasi untuk belajar sungguh-sungguh dan siswa dapat merekam dengan baik apa  yang  mereka  pelajari.  Selain  itu  Aplikasi  komputer  dalam  bidang pembelajaran  memungkinkan  berlangsungnya  proses  belajar  secara  individual (individual  learning).  Pemakai  komputer  atau  user  dapat  melakukan  interaksi langsung dengan sumber informasi. Berbagai bentuk interaksi pembelajaran dapat berlangsung dengan tersedianya medium komputer.
Sejalan dengan ini, NCTM (Tomei dalam Misnadi dan Kusumah, 2005: 30)  menyatakan bahwa:
Technologi  is  essential  in  teaching  and  learning  mathematics.  It influences  how  mathematics  should  be  taught  and  enhances  what  student learn.  Calculator  and  komputer  present  visual  images  of  mathematical ideas  for  students.  They  help  students  organize  information,  support investigations,  and  develop  decision-making,  reflection,  reasoning,  and problem solving skill”.
Ini  menegaskan  bahwa  penggunaan  komputer  dalam  pembelajaran merupakan suatu hal yang penting untuk mendukung pembelajaran matematika di era  globalisasi  ini, sehingga  hasilnya  akan  mempengaruhi  hasil  belajar  siswa.

B.     Kajian Pustaka 
1.         Pembelajaran Matematika Berbasis Komputer
Komputer  merupakan  salah  satu  hasil  dari  perkembangan  teknologi  yang dimulai  dikenal  sejak  abad  20,  tepatnya  pada  tahun  1946  di  Amerika.  Pada awalnya  komputer  diciptakan  dengan  tujuan  untuk  menciptakan  mesin perhitungan yang otomatis (Sharp, 1996 dalam Andi). Humby (Andi: 2008) dalam bukunya yang berjudul “Computers” mendefinisikan komputer sebagai:
an  electronic  machine  that  prosesses  data  under  the  control  of  stored programs“. 

yang  berarti  bahwa  komputer  merupakan  alat  elektronik  yang  dapat  mengolah data  dengan  perantaraan  program  dan  dapat  memberikan/menampilkan  hasil pengolahannya.  Sedangkan  dalam  buku  yang  berjudul  “Computer  Annual”, komputer  adalah  suatu  alat  elektronik  yang  mampu  melakukan  beberapa  tugas, yaitu menerima (masukan), memproses input tersebut sesuai dengan programnya, menyimpan perintah-perintah dan hasil pengolahannya, serta menyediakan output (keluaran) dalam bentuk informasi (Sanusi, 1997, dalam Andi).
Seiring  dengan  perkembangan  ilmu  pengetahuan  dan  teknologi, perkembangan komputer pun sangat pesat. Begitu pesatnya perkembangan produk teknologi  ini,  sehingga  sekarang  telah  diperoleh  komputer  dengan  kemampuan semakin  tinggi  dan  canggih.  Oleh  karena  itu  tidak  mengherankan  jika  komputer sudah  menjadi  kebutuhan  masyarakat  dalam  berbagai  aktivitas  kehidupan manusia, salah satunya dalam bidang pendidikan.
Selama ini komputer sudah banyak dimanfaatkan dalam bidang pendidikan. Telah  banyak  sekolah  yang  memanfaatkan  komputer,  namun  baru  digunakan sebagai alat bantu dalam menyelesaikan urusan administrasi atau mengfungsikan komputer sebagai mesin tik. Komputer belum banyak dimanfaatkan dalam proses pembelajaran,  padahal  banyak  hal  yang  dapat  dilakukan  guru  dengan  komputer dalam  pembelajaran  matematika.  Komputer  memiliki  potensi  yang  besar  untuk meningkatkan kualitas pembelajaran, khususnya dalam pembelajaran matematika. Banyak  hal  abstrak  atau  imajinatif  yang  sulit  dipikirkan  siswa  dapat dipresentasikan  melalui  simulasi  komputer.  Hal  ini  tentu  saja  akan  lebih memudahkan  jalan  pikir  siswa  dalam  memahami  matematika.  Dengan  demikian proses  pembelajaran  matematika  dapat  dilakukan  guru  dengan  memberdayakan komputer.  Latihan  dan  percobaan-percobaan  eksplorasi  matematis  dapat dilakukan  siswa  dengan  komputer.  Selain  itu  program-program  sederhana  yang dapat dipelajari siswa dapat digunakan dalam penanaman dan penguatan  konsep, membuat  pemodelan  matematika  dan  menyusun  strategi  dalam  memecahkan masalah (Andi, 2008).
Menurut  Piccioano  (Andi:  2008)  dalam  bidang  instruksional  pendidikan fungsi komputer dibagi menjadi tiga bagian, yaitu:
1.         Komputer sebagai alat (tool application), 
2.         Komputer sebagai tutee (tutee application),
3.         Komputer sebagai tutor (tutor application),
Komputer sebagai tool berorientasi pada penggunaan komputer sebagai alat, yaitu alat yang sudah diprogram untuk melaksanakan suatu pekerjaan atau tugas- tugas tertentu  yang bermanfaat bagi kegiatan di sekolah, seperti pengolahan data
administrasi, komputer sebagai bagian dari instrumen laboratorium, yang berperan
sebagai pencatat.
Sedangkan  komputer  sebagai  tutee  berorientasi  pada  perlakuan  komputer sebagai  objek  belajar  oleh  siswa,  misalnya  pada  kegiatan  belajar  pemrograman, komputer  diprogram  oleh  siswa  untuk  menampilkan  pekerjaan  tertentu.  Sesuai dengan  yang  diinginkannya,  siswa  berada  pada  posisi  sebagai  pengendali  dan pengarah  kerja  komputer.  Dari  kegiatan  ini  diasumsikan  bahwa  siswa  akan memiliki rasa tanggung jawab yang besar terhadap kegiatan belajar mandiri. 
Komputer sebagai tutor berorientasi pada upaya membangun perilaku siswa melalui  penggunaan  komputer.  Secara  sederhana  pola  pengoperasiannya  sebagai berikut:  komputer  menyajikan  materi,  siswa  memberikan  respon,  respon  siswa dievaluasi  oleh  komputer  dengan  berorientasi  pada  siswa  dalam  menempuh presentasi  berikutnya,  melanjutkan  atau  kembali  pada  bagian  sebelumnya. Peranan  komputer  sebagai  tutor  juga  dapat  diturunkan  menjadi  suatu  software pembelajaran. Pembelajaran  dengan  menggunakan  komputer  memberikan  tantangan tersendiri  bagi  siswa  untuk  bereksplorasi  dan  menemukan  sendiri  konsep-konsep matematika yang terkandung dalam program yang diberikan. Hal itu akan memicu pendayagunaan kemampuan siswa secara total. Diharapkan dengan pembelajaran seperti ini, kompetensi matematika siswa diharapkan akan bisa ditingkatkan.
Namun demikian beberapa ahli memberikan pandangan bahwa penggunaan komputer  dalam  pembelajaran  masih  memerlukan  pertimbangan  dalam  banyak hal  menyangkut  kelebihan  serta  efek  samping  yang  ditimbulkannya.  Collier (Andi:  2008)  mengungkapkan  beberapa  review  berkaitan  dengan  pembelajaran yang  dilakukan  dengan  komputer  lebih  baik  dibandingkan  dengan  tanpa menggunakan  komputer.  Komputer  dapat  digunakan  untuk  menampilkan  teks, permainan, tutorial, latihan dan latihan eksperimen dalam laboratorium. Komputer dapat  memerankan  peranan  penting  dalam  kelas  tetapi  bukan  sebagai  aktivitas utama  pengganti  dari  aktivitas  yang  lain,  melainkan  hanya  media  tambahan  saja.
Sehingga  perlu  ditekankan  bahwa  pengajaran  langsung  dari  guru  itu  juga merupakan hal yang penting dalam kelas, serta pentingnya penggunaan buku teks bagi siswa  dan praktek langsung dengan eksperimen nyata secara bersama-sama dengan menggunakan komputer. Untuk  itu,  Azhar  (Andi,  2008)  mengungkapkan  beberapa  keunggulan  dan keterbatasan komputer yang digunakan dalam tujuan pendidikan sebagai berikut:

a.  Keunggulan
1.    Komputer  dapat  mengakomodasi  siswa  yang  lamban  menerima  pelajaran, karena ia dapat memberikan iklim yang lebih bersifat efektif dengan cara lebih individual,  tidak  pernah  lupa,  tidak  pernah  bosan,    dan  sangat  sabar  dalam menjalankan instruksi seperti yang diinginkan program yang digunakan.
2.    Komputer  dapat  merangsang  siswa  untuk  mengerjakan  latihan,  melakukan kegiatan laboratorium atau simulasi karena tersedianya  animasi grafik, warna dan musik yang dapat menambah realisme.
3.    Kendali berada di tangan siswa sehingga tingkat kecepatan belajar siswa dapat disesuaikan dengan tingkat penguasaannya. Dengan kata lain, komputer dapat berinteraksi  dengan  siswa  secara  perorangan  misalnya  bertanya  dan  menilai jawaban.
4.    Kemampuan  merekam  aktivitas  siswa  selama  menggunakan  suatu  program pembelajaran  memberi  kesempatan  lebih  baik  untuk  pembelajaran  secara perorangan dan perkembangan setiap siswa selalu dapat dipantau.
5.    Dapat berhubungan dengan dan mengendalikan peralatan lain seperti compact discvideo  tape,  dan  lain-lain  dengan  program  pengendali  dari  komputer-komputer.
b.  Keterbatasan
1.    Meskipun  harga  perangkat  keras  komputer  cenderung  semakin  menurun (murah), pengembangan perangkat lunaknya masih relatif mahal.
2.    Untuk  menggunakan  komputer  diperlukan  pengetahuan  dan  keterampilan khusus tentang komputer.
3.    Keragaman  model  komputer  (perangkat  keras)  sering  menyebabkan  program (software)  yang  tersedia  untuk  satu  model  tidak  cocok  (kompatibel)  dengan model lainnya.
4.    Program  yang  tersedia  saat  ini  belum  memperhitungkan  kreativitas  siswa,sehingga  hal  tersebut  tentu  tidak  akan  dapat  mengembangkan  kreativitas siswa.
5.    Komputer  hanya  efektif  bila  digunakan  oleh  satu  orang  atau  beberapa  orang dalam  kelompok  kecil.  Untuk  kelompok  yang  lebih  besar  diperlukan tambahan  peralatan  lain  yang  mampu  memproyeksikan  pesan-pesan  di monitor ke layar yang lebih lebar.

2.           Kemampuan Matematis
NCTM (2000) yang mengatakan bahwa dalam pelaksanaan pembelajaran matematika disekolah, guru harus memperhatikan lima aspek pengajaran matematika yaitu sebagai berikut :
a.           Pemahaman Matematika (mathematical understanding)
Pemahaman terhadap konsep merupakan bagian yang sangat penting dalam proses belajar dan memecahkan masalah, baik di dalam proses belajar itu sendiri maupun di dalam kehidupan nyata. Kemampuan memahami konsep menjadi landasan untuk berfikir dalam menyelesaikan persoalan.
Secara umum indikator pemahaman matematika meliputi; mengenal,memahami dan menerapkan konsep, prosedur, prinsip dan idea matematika. Polya (Pollatsek et al, 1981) merinci kemampuan pemahaman pada empat tahap yaitu:
1)      Pemahaman mekanikal yang dicirikan oleh mengingat dan menerapkan rumus secara rutin dan menghitung secara sederhana.
2)      Pemahaman induktif: menerapkan rumus atau konsep dalam kasus sederhana atau dalam kasus serupa.
3)      Pemahaman rasional: membuktikan kebenaran suatu rumus dan teorema.
4)      Pemahaman intuitif: memperikirakan kebenaran dengan pasti (tanpa ragu-ragu) sebelum menganalisis lebih lanjut. 
Berbeda dengan Polya, Pollatsek (1981) menggolongkan pemahaman dalam dua jenis yaitu:
1)      Pemahaman komputasional: menerapkan rumus dalam perhitungan sederhana, dan mengerjakan perhitungan secara algoritmik. 
2)      Pemahaman fungsional: mengkaitkan satu konsep/prinsip   dengan konsep/prinsip lainnya, dan menyadari proses yang dikerjakannya. 
Serupa dengan Pollatsek, Skemp (Pollatsek et al, 1981) menggolongkan pemahaman dalam dua tahap  yaitu:
1)      Pemahaman instrumental: hafal konsep/prinsip  tanpa kaitan dengan yang lainnya, dapat menerapkan rumus dalam perhitungan sederhana, dan mengerjakan perhitingan secara algoritmik. 
2)      Pemahaman   relasional: mengkaitkan           satu      konsep/prinsip dengan konsep/prinsip lainnya. 
Mirip pendapat Pollatsek  dan Skemp, Copeland (1979) menggolongkan pemahaman dalam dua jenis yaitu:
1)      Knowing how to: mengerjakan suatu perhitungan secara rutin/ algoritmik. 
2)      Knowing: mengerjakan suatu perhitungan secara sadar.
b.        Pemecahan Masalah Matematik (mathematical problem solving)
Pemecahan masalah adalah proses yang menggunakan kekuatan dan manfaat matematika dalam menyelesaikan masalah, yang juga merupakan metode penemuan solusi melalui tahap-tahap pemecahan masalah.
Pemecahan masalah matematik mempunyai dua makna yaitu:
1)      Pemecahan masalah sebagai suatu pendekatan pembelajaran, yang digunakan untuk menemukan kembali (reinvention) dan memahami materi, konsep, dan prinsip matematika. Pembelajaran diawali dengan penyajian masalah atau situasi yang kontekstual kemudian melalui induksi siswa menemukan konsep/prinsip matematika.
2)      Pemecahan masalah sebagai kegiatan yang meliputi:
·      Mengidentifikasi kecukupan data untuk pemecahan masalah
·      Membuat model matematik dari suatu situasi atau masalah sehari-hari dan menyelesaikannya.
·      Memilih dan menerapkan strategi untuk menyelesaikan masalah matematika dan atau di luar matematika.
·      Menjelaskan atau menginterpretasikan hasil sesuai permasalah asal, serta memeriksa kebenaran hasil atau jawaban.
·      Menerapkan matematika secara bermakna.
c.         Penalaran Matematik (mathematical reasoning)
Secara garis besar penalaran dapat digolongkan dalam dua jenis yaitu penalaran induktif dan penalaran deduktif. Penalaran induktif diartika sebagai penarikan kesimpulan yang bersifat umum atau khusus berdasarkan data yang teramati. Nilai kebenaran dalam penalaran induktif  dapat bersifat benar atau salah. Beberapa kegiatan yang tergolong pada penalaran induktif di antaranya adalah: 
1)      Transduktif: menarik kesimpulan dari satu kasus atau sifat khusus yang satu diterapkan pada yang kasus khusus lainnya. 
2)      Analogi: penarikan kesimpulan berdasarkan keseruapaan data atau proses.
3)      Generalisasi: penarikan kesimpulan umum berdasarkan sejumlah data yang teramati.
4)      Memperkirakan jawaban, solusi atau kecenderungan: interpolasi dan ekstrapolasi.
5)      Memberi penjelasan terhadap model, fakta, sifat, hubungan, atau pola yang ada .
6)      Menggunakan pola hubungan untuk menganalisis situasi, dan menyusun konjektur.
Beberapa kegiatan yang tergolong pada penalaran deduktif di antaranya adalah:
1)      Melaksanakan perhitungan berdasarkan aturan atau rumus tertentu. 
2)      Menarik kesimpulan logis berdasarkan aturan inferensi, memeriksa validitas argumen, membuktikan, dan menyusun argumen yang valid.
3)      Menyusun pembukltian langsung, pembukltian tak langsung dan pem-buktian dengan induksi matematika.
d.        Koneksi Matematik (mathematical connection)
Keterkaitan antar topic matematika di dalam matematika atau dalam bidang lain merupakan konneksi matematik. Misalnya berbagai interpretasi dari pecahan dapat mengilustrasikan koneksi terhadap pengukuran, rasio dan gagasan-gagasan dalam aljabar.
Kegiatan yang tergolong pada koneksi matematik di antaranya adalah:
1)      Mencari hubungan berbagai representasi konsep dan prosedur.
2)      Memahamai hubungan antar topik matematika.
3)      Menerapkan matematika dalam bidang lain atau dalam kehidupan sehar-hari.
4)      Memahami representasi ekuivalen suatu konsep.
5)      Mencari hubungan satu prosedur dengan prosedur lain dalam represntasi yang ekuivalen.
6)      Menerapkan hubungan antar topik matematika dan antara topik matematika dengan topik di luar matematika.
e.         Komunikasi Matematik (mathematical communication).
Komunikasi dalam matematika atau komunikasi matematik merupakan suatu aktivitas baik fisik maupun mental dalam mendengarkan, membaca, menulis, berbicara, merefleksikan dan mendemontrasikan, serta menggunakan bahasa dan symbol untuk mengkomunikasikan gagasan-gagasan matematika.
Kegiatan yang tergolong pada komunikasi  matematik di antaranya adalah:
1)      Menyatakan suati situasi, gambar, diagram, atau benda nyata ke dalam bahasa, simbol, idea, atau model  matematik.
2)      Menjelaskan idea, situasi, dan relasi matematika secara lisan atau tulisan.
3)      Mendengarkan, berdiskusi, dan menulis tentang matematika
4)      Membaca dengan pemahaman suatu representasi matematika tertulis
5)      Mengungkapkan kembali suatu uraian atau paragrap matematika dalam bahasa sendiri.

Daftar Pustaka
Istianah,I.  (2009).  Pengaruh  Penerapan  Model  Pembelajaran  ARCS  (Attention, Relevance,  Confidence,  Satisfaction)  terhadap  Peningkatan  kemampuan Komunikasi Matematis Siswa SMP. Skripsi FPMIPA UPI: Tidak diterbitkan
Misnadi,  A  dan  Kusumah,  Y.  (2005).  Penerapan  Pembelajaran  Matematika Interktif  Pola  CAI  Tipe  Simulasi  untuk  Meningkatkan  Kemampuan  Berfikir Kritis  dan  Kreatif  Siswa  SMA.  Prosiding  Seminar  Nasional  Matematika. Universitas Pendidikan indonesia.
NCTM. 2000, Curriculum and Evaluation Standard for School Mathematics, United States of America:The National Council of Teacher of Mathematics Inc. ited States of America:_______________________________________________________________________________________________________
NCES. (2007). Highlights From TIMSS 2007. [Online].Tersedia:http://nces.ed.gov/whatsnew/commissioner/remarks2008/pdf/TIMSS_12_9_2008.pdf. [14 Januari, 2010].
Rusdi, A. (2008). Komputer dalam Pembelajaran Matematika. [Online]. Tersedia: http://anrusmath blogger.htm. [26 Desember 2008]
Sri Anitah, (2007), Strategi Pembelajaran Matematika, (Jakarta: Universitas Terbuka) h. 7.31
Syaban, Mumun, (2011), Menumbuhkembangkan Daya Matematis Siswa, Tersedia [online]:   http://educare.e-fkipunla.net.
Sumarmo, U. 2010. Berfikir dan disposisi matematik: Apa, mengapa, dan bagaimana dikembangkan Pada peserta didik. FMIPA UPI Bandung.

Tidak ada komentar: