Selasa, 08 November 2011

PANDANGAN DAN PENGUASAAN GURU MATEMATIKA TERHADAP MATEMATIKA

Kegiatan pembelajaran matematika yang dilakukan guru di dalam kelas merupakan suatu keputusan yang ditetapkan oleh guru tersebut. Menurut Carpenter, Fennema, & Peterson , keputusan yang diambil oleh guru dalam menetapkan pembelajaran di dalam kelas, bergantung atas: (1) pengetahuan, (2) keyakinan, dan (3) assesmen terhadap pengetahuan siswa melalui observasi atas tingkah-laku siswa.
Pengetahuan guru matematika meliputi pengetahuan tentang matematika, pedagogi dan pengetahuan tentang kognisi siswa dalam matematika. Ketiga komponen pengetahuan tersebut berinteraksi menghasilkan suatu pengetahuan yang khusus sesuai konteks atau situasi di dalam kelas. Sedangkan keyakinan guru matematika, menurut Ernest meliputi empat unsur, yaitu: (a) konsepsi (pandangan) guru tentang matematika, (b) model pengajaran matematika, (c) model belajar matematika, dan (d) prinsip-prinsip umum pendidikan.
Ernest menyatakan bahwa pandangan seorang guru terhadap matematika adalah keyakinan secara sadar yang tertanam dalam lubuk hati mengenai konsep-konsep, makna, aturan-aturan, gambaran mental dan preferensi dalam disiplin ilmu matematika. Pandangan guru terhadap matematika dapat dibedakan ke dalam tiga kelompok, yaitu; (1) Pandangan Problem Solving, (2) Pandangan Platonis, dan (3) Pandangan Instrumentalis.
Pandangan problem solving memandang matematika sebagai sesuatu yang dinamik, yaitu ruang penciptaan dan penemuan manusia yang berkembang secara terus menerus di mana pola-pola dimunculkan dan kemudian disaring menjadi pengetahuan. Jadi matematika merupakan suatu proses pencarian dan sampai pada mengetahui sehingga terjadi penambahan pengetahuan.
Pandangan Platonis memandang matematika sebagai sesuatu yang statik tetapi merupakan bidang ilmu pengetahuan yang terpadu, bidang tentang struktur dan kebenaran yang saling terkait dengan kuat, satu sama lain terikat oleh logika dan makna. Jadi matematika sesuatu yang monolit, produk yang bersifat statik dan kekal. Matematika adalah ditemukan, bukan diciptakan.
Pandangan instrumentalis memandang matematika seperti sejumlah peralatan yang terbuat dari himpunan-himpunan fakta, aturan, dan keterampilan; untuk digunakan dengan cekatan oleh pekerja tangan yang terlatih dalam menyelesaikan berbagai pekerjaan. Jadi matematika adalah suatu himpunan dari aturan dan fakta yang tidak saling terkait tetapi bermanfaat.
Menurut Dossey (1992) perbedaan pandangan para matematikawan tentang matematika mempunyai dampak yang besar terhadap perkembangan kurikulum matematika, pembelajaran, dan penelitian. Dan menurut Thompson (1992) perbedaan pandangan guru terhadap matematika mengakibatkan berbedanya praktek pembelajaran matematika didalam kelas. Ciri seorang guru yang memandang matematika hanya sebagai himpunan alat (berpandangan instrumentalis) akan lebih menekankan kepada mendemonstrasikan aturan dan prosedur dalam proses pembelajaran.
Sedangkan seorang guru yang memandang matematika sebagai suatu subyek yang koheren yang memuat topik-topik yang saling berhubungan secara logis (berpandangan platonis), maka pembelajaran yang dilakukannya akan menekankan kepada makna matematis tentang konsep-konsep dan logika prosedur matematika. Sedangkan guru yang menganut pandangan problem solving, maka dalam pembelajaran di dalam kelas akan menekankan aktivitas siswa dengan tujuan melibatkan siswa dalam proses penurunan matematika.
Memahami adanya perbedaan konsepsi (pandangan) terhadap matematika adalah suatu yang sangat penting dalam mengembangkan keberhasilan pelaksanaan program-program matematika sekolah dimana guru matematika melaksanakan proses pembelajaran di kelas dengan dilandasi pandangannya terhadap matematika yang sesuai dengan hakikatnya.
Untuk mengetahui kecenderungan pandangan guru terhadap matematika dapat ditinjau dari berbagai aspek yang dilakukan guru dalam melaksanakan proses pembelajaran di dalam kelas. Adapun aspek-aspek utama adalah sebagai berikut: (1) menyajikan konsep, (2) menyajikan aturan, (3) menyajikan prosedur, (4) jenis pertanyaan yang diajukan, (5) menguji kebenaran jawaban, (6) membantu kesulitan siswa dan (7) penggunaan buku paket.
Penguasaan Guru dalam Matematika Menurut Brown dan Baird (1990), kebanyakan penelitian mengenai penguasaan guru tentang matematika secara sederhana dengan melihat nilai mata kuliah matematika atau skor tes standar. Hal ini merupakan bagian kecil untuk melihat kedalaman pemahaman guru dalam matematika. Matematika yang diajarkan di sekolah cukup kompleks. Selain gagasan, fakta-fakta dan konsep-konsep tentang matematika serta hubungan satu sama lain harus diajarkan; juga guru harus memperhatikan proses mengerjakan (doing) dan menciptakan matematika. Jelaslah, agar guru dapat mengajar matematika, harus menguasai matematika dengan baik. Shulman dan kawan-kawan menemukan bahwa penguasaan guru dalam matematika mempengaruhi cara mereka mengajarkannya. Penelitian Steinberg dan kawan-kawan menyatakan bahwa penguasasan guru dalam matematika yang lebih luas, cara mengajarnya lebih konseptual. Sedangkan guru dengan tingkat penguasaannya lebih sempit mengajarnya lebih cenderung menekankan aturan.
Penguasaan guru terhadap matematika ditekankan kepada kemampuan; (1) pemecahan masalah, (2) komunikasi, (3) penalaran, dan (4) koneksi matematika. Kemampuan pemecahan masalah merupakan kemampuan; (a) memahami soal, (b) memilih pendekatan atau strategi pemecahan, (c) menuliskan model matematika, (d) menyelesaikan model, (e) menafsirkan solusi terhadap masalah semula. Kemampuan komunikasi adalah kemampuan menyajikan pernyataan matematika secara tertulis, lisan atau diagram. Sedangkan kemampuan penalaran adalah menggunakan cara induktif dalam mengenal atau memprediksi pola serta menurunkan dan membuktikan rumus atau teorema. Kemampuan koneksi adalah kemampuan memahami koneksi di antara konsep-konsep dan berbagai prosedur, koneksi di antara topik-topik matematika, maupun matematika dengan bidang lain.
Ketika pengusaan guru matematika terhadap matematika yang tidak memadai dan kecenderungan pandangannya yang instrumentalis, secara bersamaan perlu menjadi pertimbangan LPTK yang menghasilkan guru matematika dalam merumuskan tujuan-tujuan, materi dan strategi perkuliahan, serta cara melakukan asesmen. Hakikat atau pandangan tentang matematika yang sejalan dengan tujuan pendidikan matematika sekolah, harus nampak dalam proses perkuliahan maupun proses asesmennya.
Oleh karena itu dalam upaya peningkatan pendidikan khususnya pada mata pelajaran matematika saya kira perlu adanya sebuah penelitian di kabupaten ciamis untuk memperoleh gambaran secara umum pandangan dan penguasaan guru matematika terhadap matematika baik itu di tingkat SD, SMP ataupun SMA. Sehingga kita dapat terus meningkatkan kualitas pendidikan khususnya matematika di kabupaten ciamis.

Tidak ada komentar: